Yang Seharusnya didapat Perempuan Menstruasi



Salah seorang teman yang baik hati pernah mengerjakan lembar ujian saya ketika saya, sialnya, 'tembus' di kampus.

Rasanya menyebalkan sekali ketika tengah menunggu jam kuliah, saya harus mendadak pulang kerumah sambil menahan rasa sakit di perut, membayangkan ketika setibanya dirumah saya harus kembali direpotkan dengan aktivitas mencuci pakaian dan jok kendaraan yang bernoda darah menstruasi, dan merelakan jatah absen saya yang berharga berkurang di hari tersebut. Beruntungnya, jatah absen, dan bahkan nilai akhir saya terselamatkan dengan pertolongan teman yang baik hati dan pemberani.

Saya adalah salah satu tipe manusia yang tidak akan baik-baik saja ketika menstruasi. Hal ini wajar saja, sebab perempuan yang tengah menjalani periode bulanannya, risiko untuk mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan akan meningkat kurang lebih 100 persen. kurang lebih ya.

Mulai dari risiko gangguan kesehatan dan hormonal seperti kram perut, lemas, sakit kepala, sakit pinggang, sakit punggung, pegal-pegal, sakit di payudara, jerawat, tekanan darah rendah, dll., hingga risiko gangguan psikologis seperti cepat marah, mudah bosan, emosional, needy, butuh perhatian (opsional), butuh kasih sayang (opsional) dll, dan lain-lain.  

Dengan banyaknya resiko yang bisa saja dialami, wajar saja apabila kami, para wanita yang tengah menstruasi menjelma menjadi makhluk yang sangat-sangat membutuhkan pemakluman dari lingkungan sekitar.  Tentu saja hal ini belum tentu berlaku untuk semua perempuan. Mungkin juga cuma saya saja..

Berdasarkan pengamatan sosial dan analisis yang mendalam menyoal per-menstruasi-an ini, saya merangkum beberapa privilege juga hak-hak yang saya kira perlu diberikan untuk semua wanita yang sedang menstruasi.

1. Fasilitas Menstruasi yang Memadai

Saya membagi fasilitas menstruasi menjadi 2 hal, yaitu menstrual product dan toilet yang layak.

Setiap wanita dan anak perempuan berhak untuk memperoleh akses akan produk-produk menstruasi yang layak, seminimal-minimalnya adanya disposable pad, yaitu pembalut sekali pakai yang saat ini, alhamdulillah mudah ditemukan di warung-warung dekat rumah kita.  Akan lebih baik lagi jika wanita memiliki pilihan akan menstrual product yang ingin dia gunakan.  Alternatif lain selain disposable pad diantaranya reusable pad, tampon, dan menstrual cup.  Keempat jenis menstrual product tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, menyesuaikan dengan kenyamanan pemakainya.

Sementara toilet yang layak, dalam hal ini toilet yang ramah terhadap wanita yang sedang menstruasi diharapkan memiliki kriteria sebagai berikut : Bersih, nyaman, terhubung dengan tangki septik yang kedap, memiliki privasi yang terjaga, adanya tempat pembuangan pembalut (kotak sampah) yang tertutup, tersedia sabun, kotak pembalut, air bersih yang mengalir, memiliki wastafel, dan juga cermin.  Toilet dengan kriteria tersebut bukanlah toilet mewah, namun hanya sebatas toilet yang cukup layak dan seharusnya, seminimal-minimalnya sebuah toilet.

2. Terhindar dari Tindakan Bullying

Tindakan bullying seringkali didapatkan oleh wanita yang tengah menstruasi, terlebih pada anak perempuan yang baru saja mengalami menstruasi pertamanya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan anak perempuan mengenai tindakan yang harus diambil ketika menstruasi pertamanya. Seringkali bullying dilakukan oleh anak laki-laki seusianya yang belum mendapatkan edukasi yang cukup mengenai menstruasi dan perubahan primer serta sekunder pada anak perempuan saat masa pubertas.

Edukasi mengenai menstruasi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan psikologis sesorang pada masa pubertas sangatlah penting untuk diberikan kepada anak sedini mungkin.  Selain sebagai informasi mengenai hal yang akan ia alami suatu saat nanti, hal itu juga diharapkan dapat menumbuhkan empati pada anak untuk lebih menghargai perbedaan dan perubahan-perubahan pada lingkungannya. Saya selalu beranggapan bahwa edukasi yang tidak memadai bisa berimplikasi pada banyak hal, salah satunya tidak akan tumbuhnya empati pada seseorang.


3. Hak Cuti Kerja dan Bolos Kuliah

Bapak-ibu bos dan bapak-ibu dosen yang saya hormati, percuma saja bapak dan ibu mempekerjakan dan memberi perkuliahan untuk seseorang yang sanggupnya cuma isi absen saja.




Komentar